ARTIKEL / Building / Rumah Tumbuh, Konsep Hunian Nyaman yang Berkembang di Lahan Terbatas Perkotaan
7K lihat

Rumah Tumbuh, Konsep Hunian Nyaman yang Berkembang di Lahan Terbatas Perkotaan

featured-image

Dikarenakan lajunya pertumbuhan penduduk di Indonesia, tentu saja lahan untuk hunian makin mengecil seiring berjalannya waktu. Baik untuk hunian ataupun fasilitas public, dengan lahan yang terbatas, para arsitek pun perlu mengeluarkan berbagai macam ide agar dapat memenuhi kebutuhan di area yang terbilang tidak besar.

Salah satu ide yang diambil untuk memecahkaan permasalahan lahan dan kebutuhan akan hunian adalah dengan mendesain rumah hunian yang dapat tumbuh atau dengan kata lain growing house. Dengan konsep ini, pemilik ataupun penyewa dapat mengembangkan rumahnya sendiri. Tentu saja pengembangan tersebut dapat dilakukan sewaktu-waktu yang disesuaikan dengan kehidupan sosial, ekonomi, ataupun kondisi lingkungan. Rumah tumbuh sendiri bertujuan untuk tidak menghancurkan bangunan yang ada namun untuk mengembangkan rumah yang sudah ada terlebih dahulu.

Contoh rumah tumbuh yang ada di Indonesia adalah Rumah Gerbong yang berlokasi di Pesanggrahan. Hunian ini didesain agar dapat dibesarkan sesuai kebutuhan. Rumah yang didirikan diatas lahan seluas 180 meter persegi ini memiliki desain yang memanjang dan bertingkat. Bangunannya pun cukup mencolok dikarenakan berbeda dengan rumah hunian lain di sekitarnya. Hunian yang didesain oleh Studio SA_e satu ini memiliki keunikan tidak hanya pada eksteriornya saja namun juga interiornya.

Tentu saja mendesain rumah tumbuh akan memberikan perkembangan tersendiri pada rumahnya. Perkembangan pertama yang dapat terlihat dari bangunannya adalah bentuk, estetika, dan juga fungsinya. Sedangkan perkembangan lainnya berdampak pada sosial, ekonomi, dan status di lingkungannya karena adanya perubahan bentuk rumah hunian.

Rumah satu ini bisa dibilang berkembang atau berevolusi sebanyak lima kali semenjak tahun 2000. Pada tahun 2000, rumah hunian ini hanya memiliki luasan lahan sebesar 90 meter persegi dan 36 meter perseginya digunakan untuk pembangunan rumah. Pemilik membeli sebuah rumah yang dapat digunakan untuk tinggal pasangan suami-istri baru yang sesuai dengan kebutuhan dan juga biaya mereka saat itu.

Tentu saja seiring berjalannya waktu, akan terjadi perubahan sosial serta ekonomi pada pasangan tersebut. Pada tahun 2003 lahirnya sang buah hati tentu saja membuat pasangan ini harus melakukan perubahan pada huniannya. Penghuni yang merupakan seorang arsitek mulai mengembangkan usahanya di rumah sehingga terjadi penambahan tempat dan juga perubahan fungsi yang awalnya hanya untuk hunian, berubah juga menjadi area kerja.

Terdapat penambahan lantai yang tadinya hanya terdiri dari satu lantai hunian menjadi dua lantai. Tidak hanya perubahan pada eksteriornya saja, namun juga ada perombakan interior yang dirancang untuk memisahkan area privat dengan area publik atau kerjanya dengan adanya taman di area dalam huniannya.

Pada selang waktu antara 2003 hingga 2006, lingkungan dan sosial akan terus berkembang. Tetangga mereka yang rumahnya berbatasan langsung dengan bagian belakang huniannya menjual rumah tersebut. Tentu saja dengan ekonomi yang cukup baik, rumah tersebut pun dapat dibeli sehingga hunian dapat berkembang menjadi memanjang ke belakang. Dengan adanya penambahan lahan dan ruang, hunian jadi terasa lebih lapang ditambah lagi area privat dan juga publik akan lebih terasa batasannya.

Pada tahun 2007 kedua bangunan yang bersebrangan itu pun sudah menjadi satu bangunan yang terhubung. Terdapat area sirkulasi yang jelas dan juga perombakan ruang sehingga banyak area yang dapat difungsikan sebagai tempat tinggal dan kantor. Salah satu keunikan dari renovasi ini adalah adanya area yang dibuat void dan difungsikan sebagai innercourt. Tentu saja dengan adanya area terbuka di dalam hunian, rumah akan terasa lebih sejuk. Ditambah pula sirkulasi udara dan cahaya dapat masuk dari lantai atas menuju lantai paling bawah hunian.

Rumah pada fase ini terbagi oleh tiga zona yaitu, tempat tinggal, kantor dan area bisnis, serta area interaksi terbuka di berbagai areanya. Meskipun pekerjaannya dilakukan didalam rumah tentunya orang tua dan anak tetap harus saling berinteraksi dengan mudah, maka dari itu didesainlah beberapa area yang nyaman untuk berkumpul bersama keluarga di dalamnya.

Puncak dari perkembangan rumah hunian tumbuh ini terjadi pada tahun 2017. Pada tahun ini, rumah didesain dengan eksterior yang unik baik pada bagian depan maupun belakangnya. Dari awal yang bentuknya hanya terdiri dari hunian kotak, didesain dengan penambahan lantai kantilever pada bagian lantai duanya. Tentu saja membuat bentuk dari denah ruangan dan juga tampilannya berubah lebih indah.

Selain menjadi tempat yang nyaman untuk keluarga, karena bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat kerja, pastinya harus dapat memberikan kenyamanan dan juga area interaksi bagi karyawannya. Maka dari itu didesainlah atap hijau yang dapat digunakan sebagai area bersantai, berkumpul, bahkan menonton bersama di malam hari. Unik dan juga menyenangkan.

sumber: archdaily

invisible hit counter